Belajar Hidup dengan Bijak dari King of Stoicism, Marcus Aurelius

Fakhribenindo
5 min readFeb 3, 2021

--

Foto: pewartanusantara.com

Menjadi orang bijak, mungkin suatu hal yang setiap orang ingin meraihnya. Tetapi tidak sedikit dari orang yang ingin menjadi bijak, malahan menjadi orang yang sok bijak. Bijak itu bukanlah perkara mudah jika ingin kita capai. Banyak quotes atau motto hidup bijak yang seakan-akan mampu menjadi motivasi kita hidup bijak. Namun tetap saja, itu hanyalah sebatas kata-kata. Hidup bijak itu bukanlah sebatas membicarakan kata-kata bijak. Bijak dalam berperilaku itu sebuah hal yang amat sulit dilakukan, bahkan orang yang sudah dewasa pemikirannya kadang tidak pernah mampu beperilaku bijak.

Marcus Aurelius, ialah seorang kaisar Romawi, yang dianggap sebagai “Lima Kaisar yang Baik”. Ia bukan hanya soerang kaisar biasa, namun ia juga seorang penganut stoikisme. Dalam memimpin romawi, kebijakannya begitu kental dengan aliran stoikisme. Memang aliran stoikisme jika mampu di praktikan dengan baik, akan menjadi panduan hidup yang sanngat bagus. Marcus Aurelius menulis sebuah catatan harian yang kemudian di bukukan menjadi sebuah buku yang berjudul “Meditations”. Dalam buku ini mengandung banyak ajaran penting akan hidup dengan bijak. Kalau begitu mari kita ulas bagaimana cara seorang Marcus Aurelius menjalankan kehidupan yang di nilai orang-orang adalah seorang raja yang bijak dan juga “The Philoshoper King”

Kehidupan menurut Marcus Aurelius

“Segala sesuatu — kuda, anggur– diciptakan untuk tugas tertentu, lalu untuk tugas apa engkau diciptakan?”. Marcus Aurelius beranggapan kalau hidup itu sudah ada tugas masing-masing. Lalu apa tugas mu sebagai manusia? Menurut Marcus Aurelius tugas seorang manusia adalah menjadi seorang manusia yang baik. Manusai yang baik ialah selalu mengungkapkan kebenaran tanpa ragu-ragu.

Kehidupan manusia pun memiliki prinsip prinsip utama. “Tubuh dan semuanya berubah-ubah bagaikan sungai. Jiwa bagaikan mimpi dan kabut, kehidupan adalah medan perang dan perjalanan yang jauh dari rumah, segala reputasi akan terlupakan” Tubuh akan tetap berubah-ubah karena tubuh manusia tidak akan abadi, tubuh kita menuju kehancuran, dari bayi hinngga ke tua. Jiwa kita kita yang kebingungan akan kabut dan mimpi karena mudah di pengaruhi oleh hal-hal yang diluar kita. Akhirnya hidup kita ini hanyalah perang antar kita dan kehidupan di luar, bagaimanapun reputasi atau status tidak benar-benar berguna. Kesombongan akan membawamu menuju kehancuran

Foto: codeofliving.com

Kebahagiaan

Setelah memaknai kehidupan, kita pelu melanjutkan ke taraf hidup yang bahagia. Lalu bagaimana pemikiran Marcus Aurelus tentang kebahagiaan? Dalam ajaran stoikisme, kebahagiaan itu tergantung internal kita. Maksudnya kebahagiaan hidup tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan. Kebahagiaan tidak sekedar mencari kesengangan, kerena kebahagiaan dari kesengangan itu selalu berubah-ubah dengan suasana hati kita. Kebahagiaan sebenarnya adalah kebebasan kita akan hal yang mengikat kita. Mengikat disini bukanlah sebuah peraturan namun sesuatu seperti harapan berlebih yang membuat kita tidak bisa secara bebas bertindak.

Untuk mendapat kebahagiaan yang benara ialah kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki. Gunakan harapan sebagai motivasi bukan sesuatu yang mengikat diri kita. Setiap orang sudah memiliki jalannya masing-masing. Jika kita mencoba mengkuti jalan takdir kita, dari situlah kebahagiaan akan muncul pada kita.

Rasa Sakit

Kehidupan seorang manusia tidak bisa jauh dari namanya perasaan negatif seperti rasa tersakiti. Lalu bagaimana cara Marcus Aurelius mengatasinya? Marcus Aurelius berkata “adalah nasib burukku semua ini terjadi padamu. Jangan begitu, harusnya kau katakan : adalah nasib baikku, meskipun semua ini terjadi padaku aku dapat menanggungnya tanpa rasa sakit, baik itu kehancuran di masa kini maupun ketakutan akan masa depan”.

Menurut Marcus Aurelius, perasaan sakit kita sendiri yang memikirkannya. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah ketetapan mutlak. Kita tidak perlu menyesalinya, rasa sakit harus kamu tolak agar kamu mampu berdiri dengan kuat di atas situasi yang tidak menguntungkan. Rasa sakit akan terjadi jika kamu merasa tersakiti, sedangkan jika kamu tidak tersakiti artinya kau tabah menghadapi situasi tersebut.

Foto: Inquirer.com

Kebaikan

“Jangan buang waktu memperdebatkan apa itu orang baik. Jadilah orang baik”. Itulah yang di katakan Marcus Aurelius. Ia berpendapat kalau kita sebaiknya berusaha semaksimal mungkin menjadi orang baik tanpa mendiskusikan atau memperdebatkan bagaimana orang baik itu? seperti apa orang baik itu? Karena hal itu malah akan membuat kita berlama-lama memikirkan konsep orang baik. Padahal untuk menjadi orang baik, kita hanya perlu melakukannya langsung.

“Kita harus melakukan kebaikan kepada orang lain, sesederhana kuda lari, lebah menghasilkan madu atau kebun anggur membuahkan anggur, masa demi masa, tanpa memikirkan lagi anggur yang telah dihasilkan.” Berbuat kebaikan tidak perlu hal-hal yang luar biasa. Mulailah dari hal kecil yang sederhana seperti, ramah kepada setiap orang, membantu setiap kesulitan orang. Ketika kita mulai dari hal yang paling kecil, akhirnya setiap saat kebikan juga selalu mengiringi perbuatan kita.

Merayakan Hidup

“Terimalah segala sesuatu yang diikat oleh takdirmu, dan cintailah orang-orang yang ditakdirkan bersamamu, dan lakukan semuanya dengan sepenuh hatimu”. Hidup itu bukanlah sekedar menahan diri dari emosi negataif, tetapi kita perlu juga mencintai hal-hal yang ditakdirkan dengan kita. Alam sudah mengatur setiap kebutuhan kita, sepatutnya kita bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada kita. Mencintai sesama manusia, itu adalah salah satu cara bagaimana kita dapat merayakan hidup atau menikmati hidup.

“Jangan memimpikan apa yang tidak engkau miliki, namun akuilah anugerah atas apa yang engkau miliki, lalu bersyukurlah sambal mengingat betapa engkau akan sangat memimpikan apa yang kau miliki sekarang kalau engkau tidak memilikinya”. Marcun Aurelius berpendapat kalau kita sebaiknya tidak selalu mengikatkan diri pada hal yang tidak kita miliki. Bermimpi boleh saja asalkan kita tidak larut dari mimpi tersebut. Realitas kehidupan lebih penting bagi kita dan setiap detik kehidupan yang kita jalani harus kita syukuri.

Nah, sepertinya itu saja yang bisa kita ulas. Sebenarnya ajaran Marcus Aurelius tidak hanya itu saja. Ia adalah seorang kaisar besar ajarannya mencakup keseluruh bidang ekonomi, sosial politik, budaya, perang dan lain-lain. Namun disini kita mengulasnya agar berguna di kehidupan sehari-hari, jadi di persempit cakupannya dan di peruntukan bagi orang biasa seperti kita. Kalau kamu masih penasaran dengan Marcus Aurelius, kamu bisa beli buku Marcus Aurelius yang berjudul Meditations.

--

--